KONSEP ATAU PENGERTIAN
Pengertian atau konsep merupakan
konstruksi simbolik yang menggambarkan ciri atau beberapa ciri umum sesuatu
objek atau kejadian. Misalnya pengertian manusia, merah, segitiga, belajar dan
sebagainya. Dengan kemampuan manusia untuk membentuk konsep atau pengertian
memungkinkan manusia untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan benda-benda
atau kejadian-kejadian. Misalnya manusia dapat menggolongkan yang merah dan
yang bukan merah, manusia dan bukan manusia, demikian juga yang lain-lain.
Karena itu konsep atau pengertian merupakan alat (tool) yang baik atau tepat (convenient)
dalam berpikir atau problem solving.
Dalam pengertian atau konsep
didapati ada beberapa macam konsep yaitu:
1. Konsep-konsep
atau pengertian-pengertian yang sederhana (simple
concept). Pengertian yang sederhana yaitu pengertian yang dibatasi ciri
atau atribusi tunggal, seperti “merah”.
2. Konsep-konsep
yang kompleks (complex concepts).
Pengertian atau konsep yang digunakan dalam berpikir dibatasi oleh ciri yang
tidak tunggal.
CARA MEMPEROLEH KONSEP ATAU PENGERTIAN
Untuk memperoleh pengertian ada
beberapa macam cara yaitu:
1. Dengan
sengaja. Pengertian yang diperoleh dengan sengaja yaitu usaha dengan sengaja
untuk memperoleh pengertian atau konsep, yang kadang-kadang disebut dengan
sengaja, maka pengertian ini dibentuk dengan penuh kesadaran. Prosedurnya
melalui beberapa tingkatan (misal untuk mendapatkan pengertian atau konsep
mengenai gas): (1) tingkat analisis (2) tingkat mengadakan komperasi (3)
tingkat abstraksi (4) tingkat menyimpulkan.
2. Dengan
tidak sengaja. Pengertian yang diperoleh dengan tidak disengaja ini
sering disebut pengertian pengalaman, artinya pengertian yang diperoleh dengan
secara tidak sengaja diperoleh sambil lalu dengan pengalaman-pengalaman.
Misalnya pengertian anak pada umumnya diperoleh melalui proses generalisasi,
kemudian atas daya berpikirnya timbul proses diferensiasi, yaitu proses
membedakan satu dengan yang lain.
PROBLEM SOLVING
Secara umum dapat dikemukakan bahwa
problem itu timbul apabila ada perbedaan atau konflik antara keadaan satu
dengan yang lain dalam rangka untuk mencapai tujuan, atau juga sering
dikemukakan apabila ada kesenjangan antara das Sein dan das
Sollen. Contohnya apabila ada problem terhadap seorang siswa mendapatkan
tugas dari gurunya, maka siswa yang mendapat problem tersebut akan berpikir
untuk mencari pemecahannya. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa dalam
problem solving itu ada directed,
yang mencari pemecahan dan dipacu untuk mencapai pemecahan tersebut.
Dalam mencari pemecahan terhadap
problem solving itu ada kaidah atau aturan (rules)
yang akan membawa seseorang kepada pemecahan masalah tersebut. Aturan ini akan
memberikan petunjuk untuk pemecahan masalah. Banyak aturan satu kaidah dalam
memecahkan masalah. Ada dua hal yang pokok, yaitu aturan atau kaidah algoritma
dan horistik.
Algoritma merupakan suatu perangkat
aturan, dan apabila aturan ini diikuti dengan benar maka akan ada jaminan
adanya pemecahan terhadap masalahnya. Misalnya apabila sesorang harus
menaglikan dua bilangan, maka orang tersebut harus mengikuti aturan dalam hal
perkalian dengan benar, akan ada jaminan orang tersebut memperoleh hasil
terhadap pemecahan masalahnya. Namun demikian, banyak persoalan yang dihadapi
oleh seseorang tidak dikenakan aturan atau kaidah horistik yaitu merupakan
strategi yang biasanya didasarkan atas pengalaman dalam menghadapi masalah,
yang mengarah pada pemecahan masalahnya tetapi tidak memberikan jaminan akan
kesuksesan. Sedangkan strategi umum horistik dalam menghadapi masalah yaitu
bahwa masalah tersebut dianalisis atau dipecah-pecah menjadi masalah-masalah
lebih kecil, masing-masing mengarah atau mendekati pemecahannya.
F. THORNDIKE VS. KOHLER
Dalam kaitan dengan problem solving terdapat perbedaan
yang cukup menarik antara pendapat Thorndike sebagai salah satu seorang tokoh
aliran behaviorisme dengan Kohler sebagai seorang tokoh aliran Gestalt.
Masing-masing mengadakan percobaan sendiri-sendiri dan kesimpulannya berbeda
satu dengan yang lainnya.
Thorndike mengadakan eksperimen
dengan kucing yang dilaparkan ditaruh dalam sangkar dan pintu dapat terbuka
apabila grendel yang berhubungan dengan pintu itu ditrarik atau tertarik. Dalam
eksperimen pertama, kucing membuat sedemikian rupa, lari-lari, menggaruk-garuk
dan sebagainya. Hingga pada suatu waktu kucing menyentuh tali yang berhubungan
dengan grendel hingga pintu dapat terbuka dan kucing keluar menuju makanan yang
ada di luar kandang atau sangkar. Percobaan dilakukan berkali-kali, dan
ternyata makin lama makin berkurang waktu yang digunakan kucing untuk keluar
dari kandang untuk memperoleh makanan. Dari eksperimen tersebut, Thorndike
menarik kesimpulan bahwa dalam pemecahan problem yang dihadapi oleh kucing
tersebut dengan cara-cara (trial and
error). Adanya latihan akan memperkuat hubungan stimulus dan respon.
Kohler menggunakan eksperimen dengan
menggunakan simpanse. Model eksperimennya seperti Thorndike yang menaruh
simpanse kelaparan dalam kandang, dan di luar kandang ditaruh makanan yang
tidak bisa dijangkau dengan tangan, tetapi akan dapat diambil apabila simpanse
menggunakan tongkat (stick) yang
disediakan oleh Kohler dalam kandang. Setelah beberapa kali simpanse mencoba
mengambil makanan menggunakan tangan saja tidak dapat, maka setelah berjalan
kian kemari dan tongkat, terjadi perubahan dalam wajah simpanse, yaitu adanya
“AHA’ tanda menemukan pemecahan yang benar, yaitu simpanse mengambil tongkat
terebut untuk mengambil makanan dan ternyata dapat. Dari percobaan tersebut,
Kohler sampai pada kesimpulan bahwa dalam problem solving yang berperan adalah insight bukan coba-salah, sekalipun Kohler juga mengaku adanya
coba-salah dalam eksperimennya khususnya yaitu dalam presolution, namun yang penting adalah insght atau pengertian.
CARA MENARIK KESIMPULAN
Tujuan berpikir adalah mencari
pemecahan masalah yang dihadapi. Berdasarkan data yang ada maka ditariklah
kesimpulan sebagai pendapat akhir atas data atau pendapat-pendapat yang
mendahului.
Cara yang digunakan
dalam penarikan kesimpulan yaitu:
1. Kesimpulan
yang ditarik atas dasar analogi
Kesimpulan yang
ditarik atas dasar analogi, yaitu kesimpulan yang ditarik atas dasar adanya
kesamaan dari suatu keadaan atau peristiwa dengan keadaan atau peristiwa yang
lain.
2. Kesimpulan
yang ditarik atas dasar cara induktif
Kesimpulan yang
ditarik atas dasar cara induktif, yaitu kesimpulan yang ditarik dari peristiwa
menuju ke hal yang bersifat umum.
3. Kesimpulan
yang ditarik atas dasar cara deduktif
Kesimpulan yang
ditarik atas dasar cara deduktif, yaitu kesimpulan yang ditarik atas dasar dari
hal yang umum ke hal yang bersifat khusus atau peristiwa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar