Selasa, 21 Januari 2014

KONSEP DAN CARA MEMPEROLEHNYA



KONSEP ATAU PENGERTIAN
            Pengertian atau konsep merupakan konstruksi simbolik yang menggambarkan ciri atau beberapa ciri umum sesuatu objek atau kejadian. Misalnya pengertian manusia, merah, segitiga, belajar dan sebagainya. Dengan kemampuan manusia untuk membentuk konsep atau pengertian memungkinkan manusia untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan benda-benda atau kejadian-kejadian. Misalnya manusia dapat menggolongkan yang merah dan yang bukan merah, manusia dan bukan manusia, demikian juga yang lain-lain. Karena itu konsep atau pengertian merupakan alat (tool) yang baik atau tepat (convenient) dalam berpikir atau problem solving.
            Dalam pengertian atau konsep didapati ada beberapa macam konsep yaitu:
1.   Konsep-konsep atau pengertian-pengertian yang sederhana (simple concept). Pengertian yang sederhana yaitu pengertian yang dibatasi ciri atau atribusi tunggal, seperti “merah”.
2.   Konsep-konsep yang kompleks (complex concepts). Pengertian atau konsep yang digunakan dalam berpikir dibatasi oleh ciri yang tidak tunggal.

CARA MEMPEROLEH KONSEP ATAU PENGERTIAN
            Untuk memperoleh pengertian ada beberapa macam  cara yaitu:
1.   Dengan sengaja. Pengertian yang diperoleh dengan sengaja yaitu usaha dengan sengaja untuk memperoleh pengertian atau konsep, yang kadang-kadang disebut dengan sengaja, maka pengertian ini dibentuk dengan penuh kesadaran. Prosedurnya melalui beberapa tingkatan (misal untuk mendapatkan pengertian atau konsep mengenai gas): (1) tingkat analisis (2) tingkat mengadakan komperasi (3) tingkat abstraksi (4) tingkat menyimpulkan.
2.   Dengan tidak sengaja. Pengertian yang diperoleh dengan  tidak disengaja ini sering disebut pengertian pengalaman, artinya pengertian yang diperoleh dengan secara tidak sengaja diperoleh sambil lalu dengan pengalaman-pengalaman. Misalnya pengertian anak pada umumnya diperoleh melalui proses generalisasi, kemudian atas daya berpikirnya timbul proses diferensiasi, yaitu proses membedakan satu dengan yang lain.


PROBLEM SOLVING
            Secara umum dapat dikemukakan bahwa problem itu timbul apabila ada perbedaan atau konflik antara keadaan satu dengan yang lain dalam rangka untuk mencapai tujuan, atau juga sering dikemukakan apabila ada kesenjangan antara das Sein dan das Sollen. Contohnya apabila ada problem terhadap seorang siswa mendapatkan tugas dari gurunya, maka siswa yang mendapat problem tersebut akan berpikir untuk mencari pemecahannya. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa dalam problem solving itu ada directed, yang mencari pemecahan dan dipacu untuk mencapai pemecahan tersebut.
            Dalam mencari pemecahan terhadap problem solving itu ada kaidah atau aturan (rules) yang akan membawa seseorang kepada pemecahan masalah tersebut. Aturan ini akan memberikan petunjuk untuk pemecahan masalah. Banyak aturan satu kaidah dalam memecahkan masalah. Ada dua hal yang pokok, yaitu aturan atau kaidah algoritma dan horistik.
            Algoritma merupakan suatu perangkat aturan, dan apabila aturan ini diikuti dengan benar maka akan ada jaminan adanya pemecahan terhadap masalahnya. Misalnya apabila sesorang harus menaglikan dua bilangan, maka orang tersebut harus mengikuti aturan dalam hal perkalian dengan benar, akan ada jaminan orang tersebut memperoleh hasil terhadap pemecahan masalahnya. Namun demikian, banyak persoalan yang dihadapi oleh seseorang tidak dikenakan aturan atau kaidah horistik yaitu merupakan strategi yang biasanya didasarkan atas pengalaman dalam menghadapi masalah, yang mengarah pada pemecahan masalahnya tetapi tidak memberikan jaminan akan kesuksesan. Sedangkan strategi umum horistik dalam menghadapi masalah yaitu bahwa masalah tersebut dianalisis atau dipecah-pecah menjadi masalah-masalah lebih kecil, masing-masing mengarah atau mendekati pemecahannya.

F.    THORNDIKE VS. KOHLER
            Dalam kaitan dengan problem solving terdapat perbedaan yang cukup menarik antara pendapat Thorndike sebagai salah satu seorang tokoh aliran behaviorisme dengan Kohler sebagai seorang tokoh aliran Gestalt. Masing-masing mengadakan percobaan sendiri-sendiri dan kesimpulannya berbeda satu dengan yang lainnya.
            Thorndike mengadakan eksperimen dengan kucing yang dilaparkan ditaruh dalam sangkar dan pintu dapat terbuka apabila grendel yang berhubungan dengan pintu itu ditrarik atau tertarik. Dalam eksperimen pertama, kucing membuat sedemikian rupa, lari-lari, menggaruk-garuk dan sebagainya. Hingga pada suatu waktu kucing menyentuh tali yang berhubungan dengan grendel hingga pintu dapat terbuka dan kucing keluar menuju makanan yang ada di luar kandang atau sangkar. Percobaan dilakukan berkali-kali, dan ternyata makin lama makin berkurang waktu yang digunakan kucing untuk keluar dari kandang untuk memperoleh makanan. Dari eksperimen tersebut, Thorndike menarik kesimpulan bahwa dalam pemecahan problem yang dihadapi oleh kucing tersebut dengan cara-cara (trial and error). Adanya latihan akan memperkuat hubungan stimulus dan respon.
            Kohler menggunakan eksperimen dengan menggunakan simpanse. Model eksperimennya seperti Thorndike yang menaruh simpanse kelaparan dalam kandang, dan di luar kandang ditaruh makanan yang tidak bisa dijangkau dengan tangan, tetapi akan dapat diambil apabila simpanse menggunakan tongkat (stick) yang disediakan oleh Kohler dalam kandang. Setelah beberapa kali simpanse mencoba mengambil makanan menggunakan tangan saja tidak dapat, maka setelah berjalan kian kemari dan tongkat, terjadi perubahan dalam wajah simpanse, yaitu adanya “AHA’ tanda menemukan pemecahan yang benar, yaitu simpanse mengambil tongkat terebut untuk mengambil makanan dan ternyata dapat. Dari percobaan tersebut, Kohler sampai pada kesimpulan bahwa dalam problem solving yang berperan adalah insight bukan coba-salah, sekalipun Kohler juga mengaku adanya coba-salah dalam eksperimennya khususnya yaitu dalam presolution, namun yang penting adalah insght atau pengertian.

CARA MENARIK KESIMPULAN
            Tujuan berpikir adalah mencari pemecahan masalah yang dihadapi. Berdasarkan data yang ada maka ditariklah kesimpulan sebagai pendapat akhir atas data atau pendapat-pendapat yang mendahului.
Cara yang digunakan dalam penarikan kesimpulan yaitu:
1.     Kesimpulan yang ditarik atas dasar analogi
Kesimpulan yang ditarik atas dasar analogi, yaitu kesimpulan yang ditarik atas dasar adanya kesamaan dari suatu keadaan atau peristiwa dengan keadaan atau peristiwa yang lain.
2.    Kesimpulan yang ditarik atas dasar cara induktif
Kesimpulan yang ditarik atas dasar cara induktif, yaitu kesimpulan yang ditarik dari peristiwa menuju ke hal yang bersifat umum.
3.    Kesimpulan yang ditarik atas dasar cara deduktif
Kesimpulan yang ditarik atas dasar cara deduktif, yaitu kesimpulan yang ditarik atas dasar dari hal yang umum ke hal yang bersifat khusus atau peristiwa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar